KELILING CHIANG MAI DENGAN SEPEDA MOTOR
Nggak
nyangka sudah 2 bulan gue nggak nulis apapun di blog ini. Payah banget yes,
bener-bener travel blogger kacangan. Ya, meskipun sekarang jam sudah menunjukan
pukul 10 malam lebih, tapi karena gue lagi bersemangat untuk nulis maka gue
akan menulis cerita tentang perjalanan gue ke Thailand Desember tahun lalu.
Agak basi sih, sudah kelewat hampir setengah tahun. Tapi nggak apa-apa lah.
Buat gue, perjalanan ke Thailand tahun lalu itu nggak ada matinya gays, eh guys
maksud gue.
 |
Tha Phae Gate, Chiang Mai |
Cerita
yang mau gue bagi kali ini adalah cerita perjalanan gue dan Kak Fanny ketika di
Chiang Mai. Jadi buat yang belum tahu. Desember tahun lalu, gue diajakin Kak
Fanny jalan-jalan seminggu ke Thailand G R A T I S. Kalau kalian tahunya
Thailand cuma ada Bangkok maka gue sedikit beruntung karena gue nggak cuma
diajak ke Bangkok tapi gue juga diajak ke Chiang Rai dan Chiang Mai. Sebagai
pecinta film dan drama Thailand, Chiang Mai adalah salah satu destinasi impian
gue. Kenapa? Karena Chiang Mai sering banget dipakai sebagai lokasi film dan
drama Thailand. Jadi sekarang, setiap kali gue nonton film dan drama Thailand,
gue selalu senyum dan bangga banget bilang gini dalam hati “I’ve been there,
beibeh. Oh yes!”
Meskipun
gue dan Kak Fanny nggak punya banyak waktu untuk jalan-jalan di Chiang Mai tapi
2 hari 1 malam yang kami miliki lumayanlah buat kita berdua pengen banget
segera cabut dari Chiang Mai saking bosennya. “Bosen kenapa? Kan katanya Chiang
Mai destinasi impian elo? Kenapa bisa bosen?”. Penasaran? Let the story begins ....
Pagi
ini rencananya gue dan Kak Fanny akan ke Doi Inthanon. Doi Inthanon ini adalah
salah satu destinasi yang kami berdua yakini adalah destinasi yang harus kudu
wajib banget kami kunjungi ketika di Chiang Mai. “Gila aja lah, masa sudah
sampai Chiang Mai nggak ke Doi Inthanon. Apa kata ayam kampusnya tetangga?” Itu
adalah secuplik pikiran gue kala itu. Namun takdir berkata lain, destinasi yang
sudah kami cap sebagai destinasi yang harus kudu wajib banget kami kunjungi dan
nggak boleh dilewatkan itu malah kami lewatkan pagi itu. Alasannya kenapa?
Karena kami berdua males banget mau bangun dan beranjak dari kasur. Gue dan Kak
Fanny terserang mager alias males gerak. Sudah sampai Chiang Mai men,
melewatkan Doi Inthanon cuma demi tidur? Hahahaha gue nggak habis pikir.
 |
Ayunan di depan Lanna Folklife Museum |
Alasan
lainnya mungkin karena Kak Fanny sudah lelah gue ajakin nyasar. Sepulang dari
Doi Suthep kemarin kami nyasar sampai ke luar kota. Kami sampai di kawasan
pabrik yang jalanannya sedang dalam perbaikan. Penerangan minim dan banyak
banget debu. Hampir satu jam lebih kami berdua nyasar entah dimana. Ngeri-ngeri
sedep lah kalau diingat lagi. Lalu sepulangnya dari Night Bazaar dan mau balik
ke hotel. Kami kembali nyasar. Hore! Klop lah. Sempurna. Gue bener-bener nggak
becus dan nggak berguna. Hiks Hiks. Maafin gue kak.
Selama
di Chiang Mai kami berdua menginap di Rainforest Boutique Hotel. Hotel ini agak
jauh dari pusat kota. Kak Fanny sengaja memilih hotel ini karena lokasi hotel
ini dekat dengan Stasiun Kereta dan Terminal Bis. Pusat kota Chiang Mai sendiri
berada di Old Town alias Kota Tua. Kota Tua Chiang Mai ini berbetuk persegi
yang dikelilingi benteng dan sungai. Dibeberapa titik masih terdapat sisa-sisa
bangunan benteng dan gerbang kota. Salah satu gerbang kota yang paling terkenal
adalah Tha Phae Gate.
 |
Tha Phae Gate |
Dikarenakan
pagi ini kami batal ke Doi Inthanon, kami pun memutuskan untuk mengelilingi Kota
Tua Chiang Mai. Dengan sepeda motor sewaan, gue dan Kak Fanny memulai
perjalanan kami ke Kota Tua. Karena memang nggak ada rencana mau kemana aja
nantinya pas di Kota Tua, kami pun gambling dan berhenti di setiap tempat yang
kami lewati. Kebetulan Kota Tua Chiang Mai ini nggak begitu besar, tempat
wisatanya juga saling berdekatan jadi nggak susah lah untuk explore keseluruhan
Kota Tuanya.
Tempat
pertama yang kami kunjungi adalah Lanna Folklife Museum. Meseum ini berada di
seberang Three Kings Monuments. Seperti namanya, Lanna Folklife Museum ini menyimpan
sejarah tentang Suku Lanna. Chiang Mai ini kental banget dengan sejarahnya akan
Suku Lanna. Gue nggak gitu ngerti sih tentang sejarah dari Suku Lanna, tapi
berdasarkan asumsi gue, Suku Lanna ini adalah Suku yang dulunya tinggal di
Chiang Mai.
 |
Lanna Folklife Museum |
Dikarenakan
sebelumnya pas di Chiang Rai kami sudah beberapa kali main ke museum, maka kali
ini kami memutuskan untuk nggak masuk ke Lanna Folklife Museum. Skip dulu deh,
harga tiket masuknya lumayan juga soalnya.
 |
Lanna Folklife Museum |
Dari
Lanna Folklife Museum, kami cuma perlu menyeberang untuk ke Three Kings
Monument. Three Kings Monument ini dibuat untuk mengenang 3 raja yang pernah bekerjasama
untuk membangun Chiang Mai; King Mengrai sebagai penemu Chiang Mai, King
Ramkamhaeng, raja dari Sukothai dan King Ngam Muang, raja dari Payao.
 |
Three Kings Moument |
 |
Three Kings Monument |
Selama
di Three Kings Monument, gue melihat beberapa orang memberikan penghormatannya
di depan patung raja-raja ini. Dari sana kami beranjak ke salah satu Wat alias
Kuil yang berada di sisi kanan Three Kings Monument. Wat ini kecil. Gue bahkan nggak
menemukan keberadaan Wat ini di peta. Namanya pun gue nggak tau, karena gak ada
sign nama di depan Wat. Meskipun kecil tapi gue suka dengan arsitektur dari Wat
ini. Warna coklat yang dipadukan dengan warna emas.
 |
Wat tanpa nama |
Dari
Wat yang gue nggak tau namanya itu, kami kembali berkendara untuk menuju ke Wat
Chedi Luang. Wat Chedi Luang ini adalah Wat terbesar yang ada di Chiang Mai.
Salah satu must visited ketika berada di Chiang Mai. Malam sebelumnya kami sebenernya
sudah mampir ke Wat Chedi Luang ini. Tapi karena kami kemalaman, pintu masuk ke
dalam Wat ini keburu ditutup pas kami sampai di sana. Makanya hari ini kami
kembali ke sini untuk masuk ke dalam Wat Chedi Luang.
 |
Wat Chedi Luang di malam hari |
 |
Bagian dalam Wat Chedi Luang |
 |
Gak tau ini apa namanya, tapi ini ada di belakang Wat Chedi Luang |
 |
Gak boleh masuk ke dalam |
Di
sebelah Wat Chedi Luang ada satu Wat yang juga kami datangi, namanya Wat Phant
Ao. Malam sebelumnya kami juga sudah ke sini. Kami malah seneng dateng kesini
ketika malam, soalnya pas malam sebelumnya kami kesini, di sisi luar Wat
sebelah kiri ada banyak banget lentera yang digantung. Ada Bendera Kerajaan dan
Bendera Negara juga yang dipasang bersebelahan.
 |
Wat Phant Ao |
 |
Lentera dan Bendera di sisi luar Wat Phant Ao |
 |
Bendera Kerajaan di hiasi lampion |
Dari
What Phant Ao, kami melanjutkan perjalanan untuk mencari Post Office. Kak Fanny
mau beli Kartu Pos untuk temennya. Eh setelah keliling keliling, ternyata Post
Office ini berada nggak jauh dari Tha Phae Gate. Jadilah setelah Kak Fanny beli
beberapa kartu pos, kami pun langsung ke Tha Phae Gate, salah satu landmark
dari Chiang Mai. Tha Phae Gate ini satu-satunya gerbang kota yang nggak dilalui
kendaraan.
 |
Tha Phae Gate |
 |
Tha Phae Gate |
 |
Selfie dulu |
Di
Tha Phae Gate ini, gue dan Kak Fanny sudah mulai bosan. Bingung mau kemana
lagi. Adanya Wat lagi eh Wat lagi. Ada banyak banget Wat di Kota Tua Chiang
Mai. Gue sampai bingung dan bosen banget lihat Wat. Sembari nunggu waktu Shalat,
kami pun kembali mengelilingi Kota Tua Chiang Mai. Dan lagi-lagi, gue dan Kak
Fanny berhenti di salah satu Wat, namanya Wat Raja Montean. Wat Raja Montean
ini nggak begitu ramai karena memang letaknya agak di pinggiran dekat dengan
benteng kota. Yang bikin gue tertarik dengan Wat ini dan memutuskan untuk
mampir sebentar adalah Patung Budha yang ada di pelataran Wat Raja Montean ini.
Bagus aja gitu kayaknya kalau di foto.
 |
Wat Raja Montean |
 |
Patung Budha di pelataran Wat Raja Montean |
Tapi
yang namanya sudah bosan, sebagus apapun Watnya, gue dan Kak Fanny sudah nggak
excited lagi. Sudah cukup sudah, cukup sampai disini saja. Kami sudah bosan
lihat Wat. Sudah nggak ngerti bedanya Wat yang satu dan yang lain itu apa. Kami
pun langsung memutuskan untuk cari Masjid untuk Shalat. Masjid Hidayatul Islam
Banhaw namanya, lokasinya berada nggak jauh dari lokasi Night Bazaar dan
Anusarn Market. Setelah Kak Fanny shalat, kami pun langsung balik ke hotel
untuk check out dan langsung ke stasiun kereta untuk melanjutkan perjalanan ke
Bangkok.
*All the cost for this trip is sponsored by dcatqueen.com
aaghhhh akhirnya baca lg tulisanmu ^o^... Huhuhu....jd kgn traveling kmrn yak... prasaan baru aja dilakuin :D... apalagi 2015 dan 2016 ini aku ga bs traveling dulu ampe si baby kedua lahir ;p Antara senang dan sedih ini -__-.
ReplyDeleteTrus update blognya dunk win ;)
ecie yang mau ke Jepang padahal :D
DeleteDitunggu cerita-ceritanya kak :D
chiangmai masuk ke top bucket list deh! daripada bangkok, lebih suka sama kota ini :D
ReplyDeleteKalau aku nggak gitu suka Chiang Mai, lebih suka Chiang Rai :D
DeleteBangkok padet bgt sama turis sampe2 saya ngerasa Grand Palace itu cukup sekali seumur hidup aja sya datengin, ckup tau aja.. msh penasaran sm tempat2 lain di Thailand. Naik motor sndiri ga susah ya navigasinya?
ReplyDeleteSusah banget! Hahahha. Lah sempet nyasar pas di Chiang Mai. Padahal kotanya kotak dan wisatanya di situ-situ aja tapi tiap mau balik ke hotel yg agak jauh dari pusat kota lama pasti nyasar hhhahaha
DeleteKota Chiang Mai yg sangat mempesona !
ReplyDeletehttp://lombokwandertour.com